Oleh: Nasty Anwar
“Tiara kecelakaan, dan dia ninggalin kita.”
Kata-kata Dara barusan membuat Rendy terhenyak, antara percaya dan tidak. Ia tertegun sebentar, berharap berita itu hanya isengan Dara dan Tiara yang kerap ngerjain dirinya. Tapi… haruskah Rendy berpikir demikian? Sedang air mata Dara jelas menunjukan rasa kehilangan terlampau besar. Perlahan, isakan Dara mulai terdengar. Rendy mengamati siluet wajah Dara. Segera cowok itu menundukan kepalanya dalam diam. Kedua kelopak matanya terasa berat. Ada yang mendesak ingin keluar dari mata indah itu, tapi Rendy berusaha menahannya.
“Waktu Tiara di rumah sakit, dia meminta untuk nggak ngasih tau kamu. Biar kamu lebih fokus ke festival… dan aku sama sekali nggak bisa nolak permintaan itu. Maafin aku Ren…” Jelas Dara terbata-bata.
Rendy berusaha menenangkan Dara, meskipun suasana hatinya mulai terasa kacau. Kali ini Rendy tak mampu lagi menahan butiran-butiran kristal itu. Kedua pipinya mulai basah.
Sesaat Rendy dan Dara terdiam, membiarkan memori tentang Tiara bermain di benak mereka. Tiara yang bawel, lucu, penuh perhatian dan cantik. Tiara yang selalu memberi solusi saat masalah menerpa pribadi Rendy maupun Dara, Tiara yang… akh, semakin diingat semakin tak sanggup otak mereka mengulangnya. Sosok itu sudah tak ada lagi, selamanya!
Usai dapat mengendalikan diri, Dara pamit. Tapi sebelumnya, gadis berambut panjang itu memberikan sesuatu pada Rendy. Sebuah diary berwarna biru–warna favorit Dara.
“Tiara nitip ini untuk kamu.”
***
Malam menjatuhkan jubah hitamnya.
Rendy masih mematung di jendela kamarnya, menikmati ribuan bintang yang berkedip manja di langit Bandung. Bayangan Tiara berkelebat di benaknya. Rendy tahu, gadis itu sangat mengagumi bintang, dan Tiara nggak sekalipun membiarkan malam tanpa menyaksikan parodi bintang-bintang.
“Tiap malam, kalo nggak mendung, aku pasti curhat-curhatan sama bintang-bintang,” kata Tiara suatu malam saat bertiga mereka ngobrol di taman depan rumah Dara.
“Oh ya? Curhat apa saja?” tanya Rendy penasaran.
“Mmm… secret!”
“Tapi aku tau lho…” celetuk Dara.
“Huss, jangan ngebongkar hal yang nggak perlu begitu.” Tiara melotot.
Dara tertawa kecil, Tiara pun mengimbanginya dengan tawa lebar. Lantas keduanya mengumbar gelak tawa. Rendy tersenyum mengingatnya. Ada rindu yang menyergapnya begitu saja.
Rendy menutup jendela kamar dan mengenjot langkah menuju meja belajar. Tangannya meraih diary biru yang menggeletak, dan mendekapnya hangat. Diary ini untukku, ya ini pemberian terakhirnya. Perlahan, Rendy membuka lembar demi lembar. Isinya kisah biasa, cerita tentang kisah-kisah lucu mereka, dirinya, Dara dan Tiara. Rendy menyemat senyum sebentar.
Rendy terkejut saat mendapati tulisan lain Tiara, Tiara naksir seseorang tapi dia nggak pernah ngomong ke aku? Penasaran mengiring Rendy menelusuri lembar-lembar berikutnya, tak ada petunjuk hingga meninggalkan lembar terakhir.
Bedroom, 230808
Hai Diary-ku,
Aku lagi kangen banget nich sama “dia” hehehehe… tapi Dara bilang, aku nggak boleh cengeng. Iya juga sich, “dia” kan lagi berjuang keras di Jakarta, demi masa depannya dan juga band-nya. Aku senang akhirnya band-nya tampil juga di festival itu. Apalagi mewakili Bandung. Pasti pendukungya banyak. Aku nggak mau ganggu kosentrasinya. Hmmm…. Diary, lama-lama aku ngerasa makin sayang sama dia. Tapi aku nggak bisa ngungkapin semuanya. Aku hanya berani ngomong semuanya ke bintang, soalnya aku takut kalo Rendy tau aku suka sama dia, dia akan benci dan ninggalin aku. Persahabatan buat aku lebih sejati…
No! ini nggak mungkin.
Tiara suka sama aku?
Mendadak jantung Rendy berdegup nggak karuan. Tiara bercerita detil di halaman terakhir diary-nya ini setelah dua hari Rendy berangkat ke Jakarta, tepat sehari sebelum kecelakaan itu. Tiba-tiba rasa sedih menyergap hati Rendy, membuat cowok itu memohon kepasrahannya–Tuhan aku mohon kembalikan Tiara. Permohonan konyol itu hanya tak akan pernah terwujud. Tiara tak akan pernah kembali.
Rendy menangis dalam diam, menggenggam diary dengan rasa kehilangan. Tiara sudah pergi… pergi dengan membawa sepenggal rasa yang sejujurnya bisa dirasakannya. Rendy menyesal, tak sempat mengungkapkannya sebelum gadis itu pergi. Dan kini…
Mei ‘09
Tim Editor kumcerpen.blogspot.com
11 komentar:
Awalnya, masuk cerpen ini, kami mengira bakal sama ceritanya dengan kisah cinta yang lain-lain dan yang udah-udah; mudah ketebak dengan ending yang nggak menyenangkan. Tapi pemilihan tokoh yang beda banget membuat cerpen ini layak kok untuk dimuat. Jujur cerpen ini simple banget tapi mengesankan. Apresiasi terbaik kami berikan buat Nasty Anwar karena mampu memaparkan sebuah tema biasa menjadi luar biasa.
Aku nggak nyangka awalnya bisa ngedapetin cerpen seperti ini. Kelebihan cerpen ini adalah, paragraf-paragraf awalnya udah menempatkan konflik yang nggak biasa untuk sebuah cerpen. Keren!
Asti udah hebat nulis, kayaknya jadi saingan neihh...
Tapi tulisannya kerren, SUMPAH...
Newman
diary... diary. kok biisa ninggalin wasiat. kayak warisan saja.
Tea:
perlu belajar kali ya... so far... it's okhey lha.! good job buat yang nulis.
MarVel:
wah tuh diary, bikin sengsaraa si cowok-nya deh. bisa2 kena setres tuh! untuk pengkalnya yang lain aja.
dache
waoww....Nasty Anwar jadi penulis? sadiiiissssss!
salut bangat ma' loe Ty...(cerpen nya keren abiiizz!)bikin gua makin bangga azza jadi sahabat loe.Kayak nya emang takdir loe dech.BRAVO
konnichiwa ....
Hy Nasty,, cerpen'na keren pisan.
GooD Luck !! yuph,,
N' Jangan pernah bosan yuph tuk menghasilkan karya yang lebih bagus lagi.
you are the best !!!
arigato gozaimashu...
ya deh aq plih cerpen kk ini untk tgas aq ,, wlaupun jlan critanya udh biasa tp kk bsa ngebutnya jdi lbih mnarikk,,, kerennn,, ^_^
wouw
Virra ElGuaje Anwar
ketinggalan nich !!
tapi Virra bangga punya abg dan caca yg sehebat ini.
boleh gabung yach..
Posting Komentar