Minggu, 26 April 2009

Sosok Sebuah Jendela

By: Ello Aristhosiyoga

Aku nggak tahu, akhir-akhir ini aku kerap termangu sendiri menatap jendela tiraiku. Bentuknya unik, menarik, bergaya ghotic dengan aksen warna biru jingga (wah… warna apa pula tuh!), dipadu lagi dengan view yang tampak dari jendela, sebuah panorama yang lumayan menarik, padang rumput yang luas menghijau plus sebuah pondok yang kira-kira lima kali lebih kecil dari villa yang sedang kutempati ini.

Bukan itu saja motivasi utamaku betah berlama-lama di jendela lantai dua, namun sosok cantik dengan baju biru–yang seakan sepadan dengan warna jendela, menarik perhatianku. Meski nggak secantik Mischa Barton, atau Penelope Cruz sekalipun, namun menatapnya membuatku nyaman. Sosok itu sering hadir di taman pondok.

Nyaris dua minggu sudah aku menginjakkan kaki di villa ini, villa baru yang dibeli Mama karena berhasil menerima award dari sebuah perusahaan marketing multilevel yang diikutinya. Kebetulan liburan akhir semesterku masih tersisa, kuluangkan saja untuk nyantai di villa. Pemandangan gunung, barisan sawah, lekukan sungai, ternak, kerbau sepertinya cocok untukku. Sekaligus menjauhkan kejenuhan mataku terhadap kota yang begitu bising, penuh polusi, dan keramaian yang terkadang bagiku memuakkan.

Penasaranku makin mencuat saat aku mendapati sosoknya kembali pagi ini. Aku bergegas menuju balkon untuk melihat lebih jelas wajah sosok itu. Derit langkahku melaju dan kini berdiri tepat menghadang. Aku setengah kelimpungan mencari sosok itu yang hilang beberapa menit.

Tiga menit berlalu aku kembali melihatnya berdiri, menyandar dinding pondok. Ia duduk termangu dengan topangan dagu. Entah apa yang terjadi. Mungkin ia sedang memikirkan sesuatu. Tadi kulihat jelas ia ceria–meski itu kesimpulan pribadi, dengan lenggokan gaya yang manis.

Aku berniat untuk menyambangi pondok kecil di tengah pemandangan indah sawah. Dengan jiwa yang berapi-api aku mengatur langkah. Memakan waktu lima menit sebelum akhirnya aku menyaksikan dengan dekat keadaan pondok. Wah… lingkungan pondok yang kulihat begitu manis, ternyata sedikit nggak keurus. Mungkin jarak yang begitu jauh menyamarkan pandangan atau mungkin saja sawah, sungai dan bukit pegunungan sekitar sengaja menutupi kekurangan dari pondok ini, hingga nggak terdeteksi mataku.

Aku menggeleng heran. Saat kakiku selangkah lebih dekat ke pondok itu, nggak kudapati dirinya. Mungkin ia sudah berlalu masuk ke dalam pondok sejak tadi, aku berspekulasi. Aku memang kurang beruntung kali ini. “Aku harus bertemu dengannya,” janjiku kemudian dalam hati. Mungkin besok? Lusa? Atau sebentar… lah. Yup! benar, aku mesti lebih cepat.

***

Dua hari sejak kedatanganku itu, nggak pernah sekalipun diriku menjumpai sosoknya dari balik jendelaku. Mungkin waktu yang salah, hingga penantianku berbuah nihil. Lelah juga bila seharian terus kutunggu, mending enakan makan atau nyantai apalah…. Lagipula tinggal sehari liburanku di sini. Bertengger di balik jendela bukanlah solusi yang tepat untuk saat ini.

“Kenapa? Bengong?”

Mang Diman–penjaga Villa keluargaku, mengagetkan lamunan aku. Aku kembali menatapnya setengah kagok. Diam-diam Mang Diman memperhatikan keadaan aku akhir-akhir ini. Keseringan bengong sendiri, pasti menarik perhatian orang lain.

Jelas yang membuatku bengong nggak lain, sosok itu. Aku benar-benar nggak sabar dan mulai sigap kuungkapkan apa yang kualami dua minggu lebih ini. Mang Diman mengangguk-angguk sok ngerti saat kuceritakan semua. Ia tampak gagu mendadak saat kuceritakan bahwa aku kemarin berani mengunjungi pondok mungil itu.

“Pondok itu nggak berpenghuni lagi sejak tujuh bulan lalu. Menurut warga sini, seorang wanita pemilik pondok itu hilang begitu saja. Warga sekitar pun nggak tau kejadian yang sebenarnya,” cerita Mang Diman.

Aku terkesiap. Dan desahanku bermain fluktuasi, pantas saja sosok itu sering menghilang tiba-tiba.

“Barangkali yang kau lihat, warga sekitar yang kebetulan istirahat atau…”

Masa bodoh dengan omongan Mang Diman, sebab kini napasku makin memburu nggak karuan.

The end

21 komentar:

Ello Aris mengatakan...

wah... punya aku yang tayang perdana. buat temen-temen yang ingin gabung silahkan kirim naskah kamu. baca aja di sidebar. kami komunitas cerpen akan meriview-nya. and mesti komennya ditunggu

Febry mengatakan...

Ello, apresiasi yang luar biasa saya berikan. Terus terang, saya sangat suka dengan cerita-cerita atau novel fiksi maupun non filsi FLP yang kebanyakan penulis muda. Saya salut dengan Ello yang mulai menulis cerpen-cerpen dan saya tahu ello punya banyak koleksi yang sudah ello tulis. Jujur, saya sendiri belum pernah menulis cerpen. Dulu iya, waktu SMP tapi tidak terdokumentasi dengan baik.
Ello, Saya mau kasih komen sedikit mengenai cerpen yang elo tulis
Pertama, tema tulisan ini terlalu biasa. Dari paragraf-paragraf pertama, sudah bisa ketebak ini model skenario horor film Indonesia yang gampang ketebak.
Kedua, ada tidak sinkron antara penggambaran di awal dan di akhir cerita. Di awal cerita, elo hanya menggambarkan sekali lihat lalu menghilang kemudian ditunggu-tunggu tidak muncul. Ingat, hanya sekali melihat dan menimbulkan rasa penasaran. Namun di akhir cerita, ada kalimat "pantas saja sosok itu sering menghilang tiba-tiba". Disini letak kontrasnya.
Ketiga, Penulisan ejaan dilihat lagi ya Ello. Ada kata2 yang masih kurang satu huruf.
Keempat, Selamat Ello. Kau sedang menuju status penulis muda berbakat.

Anonim mengatakan...

berasa horor, tp good awal yang lumayan bagus. Gooo kreatif.

Omel Sweet mengatakan...

keren gila...

yak mengatakan...

hehehehehh, kesanny gimanaaaa gitu......

Anonim mengatakan...

VeliX:
aku jelas setuju ma Febry diatas. tapi bahasa yang dipaki dalam cerpen ini kelihatan enak diawal dan akhirnya walau nggak surprise banget tapi menjadi ending yang berbeda, mending baca nih cerpen daripada nonton film indonesia yang muatin segla macam film horor dengan embel-embel 'pocong'. cerita pocong udah memuakkan. biar digarap oleh sutradara ternama tetapi hasilnya sama aja, apalgi film hantu jamu gendong tuh, sama sekali nggak berbobot. hanya nampilin body sipemain.
apresiasi terbaik saya berikan untuk cerpen yang menarik ini, karena menurut saya, kita nggak bisa menebak apakah wanita itu benar2 penghuni villa yang menghilang atau warga sekitar yang kebetulan istirahat. suatu cerpen yang menyentuh dunia ketegori, pure drama dan meninggalkan ending hororrr!
selamat bagi Ello, penulis muda (apa emang masih muda?) yang baik.

salma.laitupa mengatakan...

yup! suatu karya mungil namun punya nilai tersirat yang dalam.
mungkin benar yang dikatakan velix bahwa kisah ini menghadirkan dua kategori, drama dan horor
selamat deh buat penulisnya!

Ello Aris mengatakan...

@Febry: ca Eby thanks to komennya. mungkin paragrafnya emang terlalu biasa karena ini adalah naskah misteri saya yang kedua setelah sempat tahun lalu nyoba bikin naskah misteri (dlm bentuk cerpen). kalo bahasa yang tidak sikron mungkin diperjalas lagi, tapi menurt saya penggambaran awal yang prolog emang begitu. tapi salut buat Ca Eby, yang jeli menilai cerpen saya. emang nulis cerpen butuh sesuatu yang jeli. tapi terakhir, makasih untuk penghargaan, manusia nggak pernah dapet mencapai kesempurnaan.

@anomin: thanks, moga aku tambah kreatif doain ya..? tapi namanya siapa ya?

@Omel: makasih atas komennya, tapi gue nggak gila kok, kalo keren sih iya! (narsis), tapi yang pasti cerpen ini keren gila kan...!

@Yak: kesan apa ya... pasti yang baik. ayo boleh gabung kok disini yak... biar bisa belajar bareng, bilang temen2 yang lain.

@Velix: waduh komennya membuat aku semangat menulis. kayaknya situ penulis juga. penulis hebat pastinya, aminnnnn.....

@Almasweti: ngutip dari Velox ya! thank aku baru sadar kalo ceritaku menyentuh dua sisi yakni, drama dan horor (maaf, aku lebih senang mengtakan itu cerita misteri daripada horor)

Anonim mengatakan...

nasty
abis gila,kayaknya Ello sedamg merintis jalan menuju sukses.Di tunggu cerpen berikutnya.BRAVO...

Ello Aris mengatakan...

@Nasty: makasih atas apresiasinya. semoga aku nggak gede kepala tapi terus berkarya dan nggak cepet puas! alhamdulillah.... Aku ingin kamu gabung juga di situs ini. thanks!

Anonim mengatakan...

Guest:
pengen ah... gabung bareng! biar pintar nulis dan di komen byk orang!

Ello Aris mengatakan...

@guest: silahkan gabung, cerpen kamu ditunggu!

Ello Aris mengatakan...

NekatKOmen:
lumayan keren. hey situ bisa nggak bikin yang lebih horor lagi!

Anonim mengatakan...

Enough:
buat yang nulis, cukup mastiin U hebat deh.

mia mengatakan...

bearti sosok tersebut tu bkn manusia melainkan.........???????? iiihhh serem aaahhhh.....!!!!!!!!

Anonim mengatakan...

ceritanya seru banget!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

ERVA ARYANTI mengatakan...

kurang menantang !!

BocahUpdate mengatakan...

Aku izin copas ya kak...??
buat tugas sekolah

Anonim mengatakan...

ada yg tau kumpulan cerita horor 'sang penagih', kalo salah gitu nama bukunya. lama nyari ga ketemu2.
padahal blm selesai bacanya (punya temen) hhe

Anonim mengatakan...

ada yg tau kumpulan cerita horor 'sang penagih', kalo ga salah gitu nama bukunya. lama nyari ga ketemu2.
padahal blm selesai bacanya (punya temen) hhehe

Anonim mengatakan...

mantap tuh.............tp akhirnya bgaimana?

Posting Komentar